Aku Dina, cerita ini terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dengan ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yang letaknya saling berhadapan di lantai yang sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi.
Cerita Dewasa : Ayahku punya seorang kakak angkat yang
umurnya gak jauh diatas ayah. Hubungan keluargaku dengan om itu cukup
akrab. om sering berkunjung ke apartmen baik untuk urusan pekerjaan
maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yang telah
menikah lagi dengan orang lain, sedang om masih sendiri sejak
perpisahannya dengan tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit
diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku.
Badannya tegap atletis, mungkin karena
dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap
hari dan juga renang seminggu sekali. Gak seperti ayahku yang udah
gendut dan keliatan tua, maklum deh ayah sibuk dengan kerjaannya,
workaholik lah orang bilang, sehingga gak sempet ngapa-ngapain. waktu
untuk keluarga paling weekend, itupun sering dianggu karena ada
pekerjaan yang harus dilakukan ayah. Om sering mengajak kami jalan2,
kalo ayah kharus melakukan pekerjaannya.
Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya
macho sekali deh. Cerita ini terjadi ketika ortu dan adikku harus
keluar kota untuk menengok nenekku yang sedang sakit. Aku tidak ikut
karena hari ini om akan datang untuk mengambil pesanannya yang
dititipkan lewat aya. ayah berpesan untuk menyampaikan pesanan itu kalo
om datang ke apartment. Katanya om akan datang sore sekitar magrib. Aku
senang juga karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain
diapartment yang mengganggu.
Sorenya terdengar bel pintu berbunyi. Om
mengebel pintu apartmentku karena ayah dah memberi tau kalo mereka
keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pada aku. Segera aku membuka
pintu menyambut om.
“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.
“Kok seneng banget kelihatannya”.
“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
“Iya tapi kan ramean. duduk om. ini pesenan om yang dititipkan ayah buat om”.
“Kok seneng banget kelihatannya”.
“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
“Iya tapi kan ramean. duduk om. ini pesenan om yang dititipkan ayah buat om”.
Om duduk di sofa. Memang apartment aku
dan adikku lumayan lengkap perabotannya walaupun serba minimalis. Di
ruang tamu yang merangkap kamar makan ada seperangkat sofa, tv, audio
system, meja makan dan pantri kering. Dapur diubah fungsi sebagai gudang
karena makanan disupply dari apartment ortu.
“Om jalan yuk”, kataku.
“Mo kemana”, tanya om.
“Ke mall yuk”.
“Mo nyari apa?”
“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”. “Emangnya ortu kamu pulangnya kapan. Adikmu mana?”
“Adik ikut om, pulangnya besok sore kali”.
“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.
“Mo kemana”, tanya om.
“Ke mall yuk”.
“Mo nyari apa?”
“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”. “Emangnya ortu kamu pulangnya kapan. Adikmu mana?”
“Adik ikut om, pulangnya besok sore kali”.
“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yang aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.
Segera aku menghilang kekamarku dan
tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean.
Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment nersama
om. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal yang
deket dengan apartmentku. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om,
kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film. Aku ya ok
aja, didalem bioskop aku memegangi tangan om terus, perhatianku gak pada
filmnya tapi pada sosok pria macho yang duduk disebelah aku.
“Tu orang pada ngeliatin kita, mereka kira aku om senang yang lagi gaet abg cantik”, kata om ketika keluar dari bioskop.
“Kamu manja amat sih”.
“Biarin aja”, jawabku.
“Mo kemana lagi nih”.
“Pulang yuk om”.
“ayuk”.
“Kamu manja amat sih”.
“Biarin aja”, jawabku.
“Mo kemana lagi nih”.
“Pulang yuk om”.
“ayuk”.
Kami menuju ke tempat parkir dan
langsung kembali ke apartment. Segera mobil meluncur kembali ke
apartment, gak lama karena apartment dekat dengan mal. Sesampe di
apartment aku segera tuker dengan pakean rumah lagi. aku kalo dirumah
Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan
celana pendek yang juga ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali
tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yang
Memang mengundang selera lelaki yang melihatnya.
“Kamu beneran mo om temenin”.
“Kalo om gak keberatan”.
“Tapi om gak bawa baju ganti”.
“Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah”.
“Kalo om gak keberatan”.
“Tapi om gak bawa baju ganti”.
“Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah”.
Segera aku keluar apartment, membuka apartment ortu dan masuk ke kamar ortu untuk mengambil celana kolor dan kaos oblong ayah.
“Kegedean kali ya om, ayah kan gendut”, kataku sembari menyerahkan pakean itu ke om.
“Gak apa, kan cuma buat bobo”.
“Gak apa, kan cuma buat bobo”.
Si om masuk ke kamarku, ketika keluar
kamar hanya memakai celana kolor gombrang dan kaos yang rada kebesaran.
Kelihatannya dia tidak mengenakan CD karena kontolnya kelihatan jelas
tercetak di celana gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia
napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk
disebelahnya.
“Din kamu seksi sekali. toket kamu besar juga ya, pasti cowok kamu suka ya, suka diremes2 ya Din ma cowok kamu”.
“Ih om tau aja”.
“Iya tau lah Din, om kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti toketmu itu”.
“Om suka ngeremes juga ya, terus om ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma tersenyum,
“Kamu mau gak om remes”. “Ih om genit ih”.
“Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
“Iya om ma cowok Dina”.
“Dimana nontonnya?”
“Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”.
“Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
“Cuma diremes?”
“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya Din”.
“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
“Itu mah sering”, kata om sambil merangkul pundakku.
“Ih om tau aja”.
“Iya tau lah Din, om kan juga lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti toketmu itu”.
“Om suka ngeremes juga ya, terus om ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma tersenyum,
“Kamu mau gak om remes”. “Ih om genit ih”.
“Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
“Iya om ma cowok Dina”.
“Dimana nontonnya?”
“Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”.
“Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
“Cuma diremes?”
“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya Din”.
“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
“Itu mah sering”, kata om sambil merangkul pundakku.
Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.
“Om bawa film bokep, yang maen orang indonesia ma bule. mo liat?’
“Mau om, biasanya aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”.
“Mau om, biasanya aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”.
Si om mengambil dvd dari tas yang
dibawanya tdi dan dipasangnya. Segera filmpun mulai. Ceweknya orang
sini, togepasar lah, jembutnya juga lebat, sedang si bule krempeng, tapi
kontolnya gede en panjang banget. Biasalah ritual film bokep saling
isep sampe akhirnya si bule naikin tu prempuan dan masuk deh. serenade
ah uh dimulai. Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia
menatapku dengan pandangan yang seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia
mencium bibirku, aku menyambutnya.
Lidah kami saling melilit dan kemudian
dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian
ganti aku yang menjulurkan lidahku ke mulutnya. Diapun tidak menyia2kan
kesempatan untuk segera memerah kedua toketku gantian.
“Din, om dah lama pengen ngeremes toket
kamu”. Pentilku yang dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku.
“Dilepas ya Din tanktopnya”, katanya seraya menarik tanktopku keatas.
Dvd dimatikannya karena kami sudah tidak
lagi memperhatikan perilaku ke2 anak manusia yang berlainan jenis
sedang beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang dihadapannya. Dia
segera meremas2 toketku.
“Baru 16 dah besar gini Din toket kamu,
kenceng lagi, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau kan”, katanya
perlahan sambil mencium toket ku yang montok. “.
Aku diam saja, mataku terpejam. Dia
mengendus-endus kedua toketku yang berbau harum sambil sesekali
mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap
ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet
perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya.
“Om…”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.
Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku.
Disedot-sedotnya pentil toketku secara
berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya.
Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya
yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutnya. Kembali
disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik
wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua
toketku yang harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.
Dibenamkannya wajahnya di antara kedua
belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah.
Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan batas antara
gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan
dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan
lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan
pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang
putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.
Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk
pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah,
aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku.
Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku.
Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha.
Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku.
“Din, jembut kamu lebat banget ya,
pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di
bagian belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku,
sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang kurasakan.
Dia melepaskan semua yang nempel
dibadannya sehingga bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolnya
yang begitu besar dan panjang dalam keadaan sangat tegang. Napsuku
bangkit juga melihat kontolnya, timbul hasratku untuk merasakan
bagaimana nikmatnya kalo kontol besar itu menggesek keluar masuk
nonokku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya
tubuhku. kontolnya yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala
kontol digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.
Sambil mengocok batangnya dengan tangan
kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan di toketku, kiri dan kanan.
Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah
gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk.
kontolnya dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan
digerakkannya maju-mundur kontolnya di cekikan kedua toket ku. Di kala
maju, kepala kontolnya terlihat mencapai pangkal leherku yang jenjang.
Di kala mundur, kepala kontolnya tersembunyi di jepitan toketku. L
ama-lama gerak maju-mundur kontolnya
bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin keras dengan
telapak tangannya agar jepitan di kontolnya semakin kuat. Dia pun merem
melek menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan,
“Ah… hhh… hhh… ah…” kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku.
Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku
yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di
kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang
belahan dadaku yang menjepit kontolnya. Cairan tersebut menjadi pelumas
yang memperlancar maju-mundurnya kontolnya di dalam jepitan toketku.
Dengan adanya sedikit cairan dari kontolnya tersebut dia terlihat
merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan
batang dan kepala kontolnya dengan toketku.
“Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” dia
tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak
teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling
desahan lewat hidungku,
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.
Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolnya di jepitan toketku semakin cepat. kontolnya semakin tegang dan keras.
“Enak sekali, Din”, erangnya tak tertahankan.
Dia menggerakkan kontolnya maju-mundur
di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun
seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan,
remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit
dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu. Toket
sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu
membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan
memutar di kulit toketku yang halus mulus.
Sambil jari-jari tangan kirinya terus
meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke
bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya
digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali
disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku
yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang semula
tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah
perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.
Kedua paha mulusku direnggangkannya
lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan
nonokku. Dia pun mengambil posisi agar kontolnya dapat mencapai nonokku
dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya
digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri
jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling
bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke
arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut
nonokku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus
memasuki nonokku.
Kini seluruh kepala kontolnya yang
berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku
keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. Kontolnya semakin
tegang. Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah.
Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh
kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan kontolnya ke
dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam nonokku.
Sekujur kontol sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan
digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang
tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh
kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya.
Dia terus memasuk-keluarkan kontolnya ke
lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap kali kontolnya
menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual
sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar
desis kenikmatan,
“Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia
terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu
berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama
dua menit.
Kembali ditariknya kontolnya dari
nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya
tertanam dalam nonokku. Sementara kontol dikocoknya dengan jari-jari
tangan kanannya dengan cepat Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku
mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pada
dinding mulut nonokku,
“Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga
menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam nonokku.
Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.
Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,
“Din… nonokmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Tiba-tiba dicopotnya kontol dari
nonokku. Segera dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar
kontolnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket
montok ku untuk menjepit kontolnya yang berdiri dengan amat gagahnya.
Agar kontolnya dapat terjepit dengan enaknya, dia agak merundukkan
badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan toketku. Cairan
nonokku yang membasahi kontolnya kini merupakan pelumas pada
gesekan-gesekan kontolnya dan kulit toketku.
“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku juga mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.
Dia mempercepat maju-mundurnya
kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar kontolnya terjepit
lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya tampak
amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher kontol yang
berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink itu menari-nari
di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pada toketku.
Tiga menit sudah kocokan hebat kontolnya di toket montok ku berlangsung.
Dia makin cepat mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya
dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.
“Din..!” pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.
Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot!
Crot! Crot! Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat
sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna
putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke
arah leherku. Peju yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar
dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah.
Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya
jatuh di atas belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan.
“Luar biasa…Din, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Din”, jawabnya.
“Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dien tot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja Din”, katanya lagi.
“Bingung om, tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
“Engh…” aku menggeliatkan badanku.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Din”, jawabnya.
“Gak apa om, biasanya cowokku juga ngecret didalem kok om. Tapi belum dien tot juga aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja Din”, katanya lagi.
“Bingung om, tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
“Engh…” aku menggeliatkan badanku.
Dia segera mengelap kontol dengan tissue
yang ada di atas meja, dan mengelap peju yang berleleran di rahang,
leher, dan toketku. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang
sudah terlajur jatuh di rambut ku.
“Mo kemana om”, tanyaku.
“Mo ambil minum dulu”, jawabnya.
“Mo ambil minum dulu”, jawabnya.
Dia kembali membawa gelas berisi air
putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak sampe habis. Dia
kembali lagi untuk mengisi gelas dengan air. Masih tidak puas dia
memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang
ke arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah. Terus
tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang
lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat.
Mengocok nonokku dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-hentak
kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam nonokku Agen Bola Sbobet sambil
merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar. Aku
diajaknya kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia disebelahku.
“Din…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya
pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat
dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun
menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh
lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku
sekarang berada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara
aku pun mempererat pelukanku pada dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa
merembes ke badanku, toketku yang membusung terasa semakin menekan
dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan
merangkul punggungnya lagi.
Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil
melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling
melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit
punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling
menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan
ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki
dadanya. Kontolnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun
ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya
kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet diantara
perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah
leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan
lidahnya.
“Ah… geli… geli…,” desahku sambil
menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan
luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke
depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dalam keadaan menggeluti
leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu
dengan rapatnya.
Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku
yang montok, dan meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. Setelah
puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia
berdiri dengan agak merunduk. Tangan Agen Bola Maxbet kirinya pun menyusul tangan kanan,
yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sementara
kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil
menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya
di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri.
Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam
mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan
pentilku di dalam mulutnya dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke
puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.
“Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.
Sementara tangannya meremas kuat toket
sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan
diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya
pada pentilku.
“Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian,
antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot
sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot
hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain
kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan
sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil
pentil yang mencuat gagah di puncaknya.
“Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku
mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan
tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku
tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku
yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang sudah berdiri dengan
gagahnya. “Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut,
wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku,
jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan kontolnya secara
berirama.
Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya.
Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun
telinga sebelah bawahnya dikulum dalam mulutnya dan dimainkan dengan
lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yang jenjang.
Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku.
Sementara tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan
jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya kadang
sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan
kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku,
sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya
menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, kontolnya
digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang
ke kiri-kanan.
“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah…
geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil
terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan
permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke
kanan-kiri.
“Din.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? kontol om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… kontol om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
“Din.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? kontol om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… kontol om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya.
Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku.
“Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kontol om … besar sekali… kuat sekali…”
Aku menarik wajahnya mendekat ke
wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau
kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara
tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih
oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia
menindihi tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan
perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi. Bibirnya kini
berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing
kontolnya untuk mencari nonokku.
Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya
di kelebatan jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih kontolnya yang
sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om
kontolnya besar dan keras sekali” kataku sambil mengarahkan kepala
kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku yang
sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontol
ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam
di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.
“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.
Namun dia tidak perduli. Dibiarkan
kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya saja, namun
kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan
hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan
tanganku yang harum dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku
menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.
Sementara tenaga dikonsentrasikan pada
pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya
ke dalam nonokku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya
beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka
dengan kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir
nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
“Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam nonokku tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
Dia pun mulai menggerakkan kontolnya
keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian kontolnya yang masuk nonokku
dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya.
“Bagaimana Din, sakit?” tanyaku.
“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… kontol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya perlahan-lahan.
“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… kontol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya perlahan-lahan.
Toketku yang menempel di dadanya ikut
terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku
yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya
diiremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan
genjotannya tersebut. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala
kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku. Sentuhan
tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil
menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi
agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara
betis kiriku didekatkan ke wajahnya.
Sambil terus mengocok nonokku perlahan
dengan kontolnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi
dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya
yang diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas
bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian,
sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di nonok
ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di
bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku.
Masih dengan kocokan kontol perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas
toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat
secara berirama.
Kadang kedua pentilku digencet dan
dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan
bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun
merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya
dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu…
Sssh… sssh… terus om, terus…. kontol om membuat nonok aku merasa enak
sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di
dalam saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di
nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ” Dia
bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda.
Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku. Terus dan
terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh
nonokku. Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun
merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
“Sssh… sssh… Din… enak sekali… enak sekali nonokmu… enak sekali nonokmu…”
“Ya om, aku juga merasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada nonokku.
“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.
“Ya om, aku juga merasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada nonokku.
“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan sangat kuatnya.
Di dalam nonokku, kontolnya disemprot
oleh cairan yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku
meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa
kendali:
“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.
Kontolnya yang tegang luar biasa
dibiarkan tertanam dalam nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam
menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan
tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun
membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada
kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan
keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan
posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dengan
mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku tidak
tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dengan mimik wajah penuh kepuasan.
Kontolnya masih tegang di dalam nonokku.
Kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku.
Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun masih
dengan gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa
mulai meremas-remas kontolnya. Namun sekarang gerakan kontolnya lebih
lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang
disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang lalu.
“Ahhh…om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok aku.. Sssh…,” aku mulai mendesis-desis lagi.
Bibirnya mulai memagut bibirku dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut
menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta
memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya
di nonokku.
“Sssh… sssh… sssh… enak om, enak…
Terus…teruss… terusss…,” desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan
kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di nonokku. Pengaruh adanya
cairan di dalam nonokku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara,
“srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku.
“srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku.
Kedua tangannya kini dari ketiak ku
menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan
mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya
kontolnya ke dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan
bertenaga. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar
menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai diremas dan
dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam,
aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan,
“Ak!” Sementara daging pangkal pahanya
bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat
bergerak keluar nonokku, kontolnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam
di nonokku.
Remasan dinding nonokku pada kontolnya
pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak
masuknya. Bibir nonokku yang mengulum kontolnya pun sedikit ikut
tertarik keluar. Pada gerak keluar ini akumendesah,
“Hhh…” Dia terus menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.
Aku meremas punggungnya kuat-kuat di
saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging
pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran
antara kontolnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt…
srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh
pekikan-pekikan kecilku:
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
“Din… Enak sekali Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintihku,
“enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.
“Din… Enak sekali Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintihku,
“enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya.
Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
“Din… aku… aku…” Karena menahan rasa
nikmat yang luar biasa dia tidak mampu menyelesaikan ucapannya yang
Memang sudah terbata-bata itu.
“Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…” Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.
“Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…” Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya.
Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama
lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat
sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak mampu
lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala
kontolnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dengan pekikanku,
“…nyampee…!” Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak.
“Din…!” dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. Kontolnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali.
“Din…!” dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. Kontolnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali.
Dia menghabiskan sisa-sisa peju dalam
kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yang
masih tersisa ke dalam nonokku. Kali ini semprotannya lebih lemah.
Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia
menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sementara aku mengusap-usap
punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dien tot
om. Ini baru awal permainan, karena si om akan nemani aku sampe besok
sore, bayangkan berapa besarnya kenikmatan yang akan aku peroleh dari
kontol si om
No comments:
Post a Comment